Lir-ilir bukan tembang dolanan biasa.

Untuk menghibur hati Hamzah yang sedang berjuang untuk pertama kalinya dengan sungguh-sungguh menjalankan ibadah puasanya,saya bercerita tentang masa kecil saya(yang menurut Hamzah menarik :D )saya bercerita kalau menunggu bedug maghrib saya beserta adik-adik saya suka bermain congklak dan bernyanyi Lir-ilir,karena dalam bahasa jawa Hamzah minta diartikan.
Karena itu saya sibuk bertanya pada Mbah Google,begitu memilih yang pas yang mudah dicerna...saya tercekat ternyata Lir-ilir bukan tembang dolanan biasa.
Sunan Kalijaga yang menembangkan tembang Lir-ilir ini

Lir-ilir lir-ilir tandure wes sumilir
(Bangunlah-bangunlah,tanaman sudah bersemi)
makna: Kanjeng Sunan mengingatkan agar orang-orang Islam segera bangun dan bergerak. Karena saatnya telah tiba. Karena bagaikan tanaman yang telah siap dipanen, demikian pula rakyat di Jawa saat itu (setelah kejatuhan Majapahit) telah siap menerima petunjuk dan ajaran Islam dari para wali.

Tak ijo royo-royo tak sengguh penganten anyar
(bagaikan warna hijau yg menyejukkan,bagaikan pengantin baru)
makna:Hijau adalah warna kejayaan Islam, dan agama Islam disini digambarkan seperti pengantin baru yang menarik hati siapapun yang melihatnya dan membawa kebahagiaan bagi orang-orang sekitarnya.

Cah angon-cah angon penekna blimbing kuwi
(anak gembala-anak gembala tolong panjat pohon blimbing itu)
makna:yang disebut anak gembala disini adalah para pemimpin. Dan belimbing adalah buah bersegi lima, yang merupakan simbol dari lima rukun islam dan sholat lima waktu. Jadi para pemimpin diperintahkan oleh Sunan Kalijaga untuk memberi contoh kepada rakyatnya dengan menjalankan ajaran Islam secara benar. Yaitu dengan menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu.

lunyu-lunyu yo penekna kanggo basuh dodot iro
(meski licin tolong panjatkan buat mencuci baju kebesaran-mu)
makna:Dodot adalah sejenis kain kebesaran orang Jawa yang hanya digunakan pada upacara-upacara atau saat-saat penting. Dan buah belimbing pada jaman dahulu, karena kandungan asamnya sering digunakan sebagai pencuci kain, terutama untuk merawat kain batik supaya tetap awet.
Dengan kalimat ini Sunan Kalijaga memerintahkan orang Islam untuk tetap berusaha menjalankan lima rukun Islam dan sholat lima waktu walaupun banyak rintangannya (licin jalannya). Semuanya itu diperlukan untuk menjaga kehidupan beragama mereka. Karena menurut orang Jawa, agama itu seperti pakaian bagi jiwanya. Walaupun bukan sembarang pakaian biasa.

Dodot iro dodot iro kumitir bedah ing pinggir
(baju kebesaran-mu,baju kebesaranmu telah rusak dan robek)
makna:Kain dodotmu, kain dodotmu, telah rusak dan robek
Saat itu kemerosotan moral telah menyebabkan banyak orang meninggalkan ajaran agama mereka sehingga kehidupan beragama mereka digambarkan seperti pakaian yang telah rusak dan robek.

Dondomono jlumatono kanggo seba mengko sore
(jahitlah betulkanlah buat Menghadap(Gustimu) nanti sore)
makna: Seba artinya menghadap orang yang berkuasa (raja/gusti), oleh karena itu disebut 'paseban' yaitu tempat menghadap raja. Di sini Sunan Kalijaga memerintahkan agar orang Jawa memperbaiki kehidupan beragamanya yang telah rusak tadi dengan cara menjalankan ajaran agama Islam secara benar, untuk bekal menghadap Allah SWT di hari nanti.

Mumpung gedhe rembulane,mumpung jembar kalangane
(selagi bulan purnama,selagi tempat masih luas dan lapang)
makna:selagi masih banyak waktu, selagi masih lapang kesempatan, perbaikilah kehidupan beragamamu.

Yo surak-o surak hiya
(Ya, bersoraklah, berteriak-lah IYA)
makna: Disaatnya nanti datang panggilan dari Yang Maha Kuasa nanti, sepatutnya bagi mereka yang telah menjaga kehidupan beragama-nya dengan baik untuk menjawabnya dengan gembira.

Arti ini saya ambil dari http://citizennews.suaramerdeka.com/index.php?option=com_content&task=view&id=395&Itemid=99999999

Bukan sekedar tembang dolanan khas jawa biasa,maknanya membuat saya merenung dan baru ngeh apa maknanya...jadi selama saya menyanyikan sambil bermain congklak waktu kecil saya cuma menghafal biasa dan guru bahasa jawi waktu saya SD(sekolah dasar) tidak pernah mengajarkannya.
Tapi setiap ada tembang ini dengan suara gending(saya sering mendengarnya ketika acara siraman pengantin jawa menjelang setiap saya membantu ibu saya yg perias jawa sibuk merias)saya sering terharu tapi tidak tahu...bodohnya saya mengabaikan keharuan saya...bodohnya saya tidak membuka hati saya yg terketuk waktu itu.
Kali ini saya tidak akan sekedar menembangkan buat Hamzah tapi saya menjabarkan artinya...biar meski Hamzah sekilas mengertinya kelak saya yakin dia "memahami" serta "melakonkan" dalam hidupnya.Amien
kalau ada salah kata mohon maaf...
terima kasih suara merdeka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar